KEMANDIRIAN



                                                   KEMANDIRIAN

    Jargon istimewa ini akan terasa sia sia, bila dari dalam diri kita sendiri ,tiada visi untuk menuju kea rah perubahan tersebut.  Tidak usah mengharap orang lain ,kudu dan harus mengikuti jalan yang kita tempuh, biarkan berkembang menurut prentulan ide masing masing pribadi.

    Metode mengajak dalam kemandirian adalah memberi contoh, tidak usah menggurui atau membuat teman lain malah menjadi Inferior ,salah dan harus di benarkan. Seolah olah kita adalah Malaikat kebenaran, turun ke Bumi untuk memberantas kebatilan.

    Susunan kalimat yang keluar dari mulut juga harus di kelola dengan benar. Kalimat yang menggambarkan intimidasi , melecehkan, meremehkan, harus di buang jauh jauh dari perbendaharan kamus kata kata  mulut kita.

    Kalimat yang men-sirat-kan seakan akan me-muji puja, tapi sebenarnya sedang berusaha mencari cari kesalahan, buang jauh jauh ke Samudra kepicikkan, kubur dalam dalam ke ketinggian langit ke tujuh.

    Sekali kali jangan pernah menempatkan petani peternak dalam posisi sub ordinat, dan jangan sekali kali beranggapan petani peternak adalah Obyek yang kita Obyekan untuk kepentingan materi diri kita sendiri maupun kelompok.

    Manusiakanlah petani peternak sebagai asset unggulan yang hanya perlu di poles sedikit maka akan memantulkan cahaya perubahan cahaya kemandirian, dengan sendirinya.

    Penyampaian keilmuaan pun jangan di buat seolah olah sulit dan sukar, sehingga terpatri dalam pola pikir mereka yang harus terggantung selamanya pada kita…atau jangan jangan malah itu tujuannya..?

    Jangan merasa nikmat dalam penyebaran ilmu, karena merasa di butuhkan, diperlukan oleh petani peternak…tugas anda adalah membuat petani peternak pintar untuk modal kemandirian.

    Dari awal misi penyebaran ilmu harus sudah jelas, orientasi ke bisnis atau merupakan bentuk suatu pengabdian….pisahkan keduannya agar tidak menjadi batu sandungan langkah anda ke depan.

    Sudut pandang keilmuan, jangan hanya dari satu sisi saja, anda harus punya banya referensi keilmuan dari berbagai sudut pandang. Jika hanya mengandalkan keilmuan satu sudut pandang saja, nanti anda menjadi saklek, tidak bisa menerima perbedaan.

    Teori keilmuan kan luas banget pengertiaannya, makanya anda harus mempelajarinya entah anda suka atau benci dengan keilmuan tersebut, tapi anda harus memahaminya sebagai pembanding.



    Teori keilmuan, selalu berkembang , dia sifatnya dinamis mengikuti alur zaman, bukan kebenaran absolute yang selalu benar selamanya. Anda harus paham akan hal ini, sehingga dalam mengemukakan pendapat ,nanti anda tidak meng-agung-kan kebenaran diri yang bersifat relative buat orang lain.

    Teori keilmuan di katakan benar kalau pada waktu itu, pendapat keilmuan tersebut di sokong oleh pendapat pakar yang lain tentang kebenarannya. Tapi dia tidak merupakan kebenaran yang absolute, yang benar sepanjang masa….

    Misal standarisasi kebutuhan nilai nutrisi ….pada tahun ’80-an dengan CP 15% sudah cukup dan di katakan teori tersebut benar, pada saat itu, tapi sekarang…mensaratkan CP 17 – 18%.
    begitulah teori keilmuan selalu berkembang….

    Agar tidak di nilai sebagai suatu kepicikan ilmu maka harus di punyai koleksi buku dari berbagai penulis yang berbeda cara sudut pandang keilmuan, sehingga anda bisa menarik suatu kesimpulan sendiri. Dan tumbuhkan selalu gemar membaca…apapun keilmuan tersebut….

    Boleh ambil referensi dari mbah Google, tapi dia sebagai pelengkap saja, jangan di jadikan sumber keilmuan absolute dan pengambilan dim bah Google pun harus dari sudut pandang keilmuan yang berbeda dari minimal 5-10 teori keilmuan.

    Jangan men-sakral-kan suatu ilmu itu paling benar sendiri, sebab keilmuan teori terkadang berbeda karakter dengan keilmuan praktek langsung di lapangan. Misal tentang suhu dalam incubator, menurut teori suhu harus naik bertahap mulai 38 derajat lalu 39 lalu 40 lalu 41-42 derajat celcius….

    Tapia pa benar harus saklek sama persis seperti itu ? Real di lapangan ternyata tidak…karena kudu ribet menyetel suhu berubah ubah terus , akhirnya suhu di buat stabil 39 atau 40 derajat celcius dari awal penetasan hingga menetas…lalu hasilnya….? Daya tetas telur mencapai 80% juga….padahal ini kan menyalahi keilmuan teori…..

    Dalam penyusunan formula ransum pakan pun jangan buat petani peternak terggantung dengan bahan inpor…berdayakan bahan pakan local yang bertebaran di banyak tempat atau maksimalkan dengan potensi sumber bahan pakan setempat, kekurangan yang urgent saja yang di datangkan dari tempat lain. Perbanyak perbendaraan bhan pakan local dalam memori pikir anda dan coba untuk mengetahui nilai nutrisinya, sehingga bisa menjadi salah satu bahan penyusun pakan, jangan anda tidak memasukkannya karena ketidaktahuan anda soal nilai nutrisinya.

    Suatu teori keilmuan yang tidak di dapatkan di bangku kuliah, tidak seharusnya di kesampingkan maka tugas kita mencari referensi dari tempat lain, keilmuan kita jangan di batasi hanya yang kita terima di bangku kuliah saja, tambahi keilmuan anda dengan banyak banyak membaca.