PERDAGANGAN DENGAN ALLAH



    Perdagangan dengan Allah
    “Kalau ke penelitian, saya belum punya wacana apakah sebelum Muhammad Rasulullah sudah ada orang yang bernama Muhammad atau belum. Kenapa di Al-Qur’an disebut namanya Ahmad sementara nama aslinya Muhammad, itu juga Allah sengaja memberi lubang-lubang untuk diserang sehingga kita punya mekanisme pertahanan. Allah suka melatih Anda, menjadi sparing partner Anda, supaya Anda terlatih mempertahankan sesuatu.”
    “Saya sendiri tak pernah mau terlibat dalam serang-menyerang atau kritik-mengkritik antara Islam dengan Kristen dan lain-lain, maka mohon maaf saya tidak pernah mau dialog teologi. Saya maunya dialog sosial, kerja sama, bareng-bareng bikin warung, bikin kebaikan. Kalau dialog teologi saya tidak mau sebab saya tidak punya masalah dengan teologi saya. Sudahlah Anda peluk milik Anda, saya peluk punya saya, yang penting outputnya berupa kebaikan bersama di antara kita. Saya ini menang saja tidak mau, apalagi kalah. Saya tidak percaya pada kemenangan dan kekalahan antarmanusia kecuali dalam olahraga. Yang nomor satu pada manusia adalah harus menang terhadap dirinya sendiri. Jangan salah tujuan, jangan tertukar antara jalan dan tujuan, dan jangan tidak tepat dosis.”
    Misalkan Anderson Silva, juara kelas menengah MMA selama 7,5 tahun, kalah ketika melawan Chris Weidman. Silva sangat mahir mengelak dan pintar mencari momentum sehingga bisa memperkirakan jangkauan lawan dan momentum-momentum tendangan lawan. Weidman mampu mempelajari kekuatan Silva ini sehingga akhirnya mampu men-TKO Silva.
    Seorang jamaah menanyakan beberapa hal terkait berdagang. Sampai mana dan pada hal-hal apa saja kita harus meneladani cara berdagang Nabi.“Untuk masalah dagang, saya tidak bisa menasihati Anda apapun kecuali mengajak Anda bersama untuk menjadi manusia yang orang lain merasa aman dan percaya dengan Anda. Semakin Anda mampu bikin klien Anda aman, semakin meningkat omset Anda. Orang yang merasa aman cenderung menitipkan apapun, entah itu rumah, proses dagang, aset.”
    Di dalam perdagangan ada berbagai peristiwa pembeli. Yang pertama, pembeli mencari barang atau produk. Yang kedua, pembeli tidak perlu lama-lama mencari produk melainkan langsung njujug ke brand tertentu. Yang ketiga, brand sudah tidak penting lagi. Pembeli percaya pada si penjual sehingga dia mempercayakan pilihan sepenuhnya kepada penjual. Pada level ini yang terjadi adalah trust. 
    “Kalau Anda mengalami kesulitan-kesulitan, itu namanya orang hidup. Selalu ada naik-turun. Yakinlah bahwa tidak ada keadaan yang tidak memberi Anda ilmu dan kesadaran baru. Bisa saja Anda rugi uang tapi laba ilmu, laba kesadaran baru, laba kesabaran dan ketabahan. Dalam perdagangan dengan Allah, yang utama bukanlah keuntungan materi melainkan ridho Allah. Tidak masalah saya masuk neraka, tak jadi soal saya menderita, tidak apa-apa saya tidak punya derajat hidup, asalkan saya dinilai Allah lulus sehingga Dia tidak marah pada saya. In lam takun ‘alayya ghodhobun fala ubali.”
    Ada tiga macam uang dalam hidup ini, yaitu: uang transaksi (sesedikit mungkin ketika mengeluarkan), uang orang butuh (tidak apa-apa keluar banyak, tapi ada unsur tidak ikhlas), dan uang orang bersyukur (dikeluarkan dengan ikhlas tanpa menghitung-hitung). Hanya Rasulullah yang berani tidak bertransaksi. Beliau punya faktor lain dalam berdagang, yakni penghormatan orang kepada Beliau sebagai Al-Amin.
    “Doa saya adalah jangan sampai anakku makan sesuap nasi pun yang bukan berasal dari uang rasa syukur sesama manusia, entah bentuknya seperti apa terserah Allah.”
    Beberapa tahun belakangan semakin marak keajaiban sedekah. Kalau kita menyedekahkan sekian harta, kita akan mendapat sekian kali lipatnya. Hal ini terkesan baik dan mulia, tapi ketidaktepatan dalam niat menjadikan sedekah bukan lagi sedekah melainkan sekadar jual-beli. Sedekah adalah menyebar, berbagi, bukan untuk mencari rezeki.
    “Mungkin memang kan dapat balasan, tapi saya tidak berani berbuat begitu. Sedekah ya sedekah. Saya hanya gagah berani terhadap diri saya sendiri. Terhadap Allah saya tidak berani. Terhadap diri sendiri saya sangat radikal revolusioner, tapi terhadap orang lain saya sangat moderat evolusioner.”
     Mbah m
    \m/
    kipdefayer
    bumiternak-betha.blogspot.com