BAHAYA BAHAYA LISAN LIDAH



                             BAHAYA BAHAYA LISAN LIDAH

    1. MENGEJEK DAN MENGHINA
    Mengejek dan menghina orang lain merupakan permulaan dari pertengkaran, kemarahan dan putusnya hubungan persahabatan. Jika ada orang yang mengolok olok orang lain , maka sebaiknya jangan di layani dan pergilah dari kelompok mereka atau pembicaraan beralih pada tema lain. Jadilah dirimu jika bertemu dengan pembicaraan kosong, mereka berlalu meninggalkannya dengan penuh kemuliaan demi menghargai dirinya sendiri dari tindakan merendahkan budi pekerti karena saling mengejek dan menghina antar sesama manusia.

    Tiada dapat menolong dirimu akan hal itu selain uzlah memisahkan diri atau selalu berdiam kecuali sangat perlu. Abu Bakar sendiri berusaha untuk tidak berbicara kecuali sangat di perlukan dengan jalan memasukan batu dalam mulutnya seraya berkata, “ Lidah lisan mendatangkan padaku kemuliaan, maka peliharalah lisanmu, karena lisan lidah dapat juga mendatangkan kecelakaanmu kesengsaraanmu dunia akhirat.”

    2. MENDOAKAN JELEK ATAU KERUSAKAN PADA MAKLUK ALLAH
    Jagalah lisanmu dari mendoakan jelek pada seseorang dari ciptaan Allah, dan bila ada yang menganiaya dirimu, maka serahkan persoalannya pada Allah. Diterangkan dalam hadis bahwa bila orang yang di dzolimi mendoakan kehancuran pada orang yang dzolim, maka Allah akan memikulkan kedzoliman itu padanya, seandainya orang yang mendzolimi mempunyai kelebihan pada maka ia akan menuntut kelebihan itu dari yang di dzolimi pada hari kiamat, kelebihan di sini maksudnya amal kebaikan.

    Sebagiaan masyarakat memperpanjang lisannya dengan membicarakan keburukan hajjaj ( seorang pemimpin raja islam yang dzolim ) konteks sekarang bisa presiden. Maka sebagiaan ulama salaf/terdahulu angkatan pertama dari generasi generasi Rosululloh memberikan komentar sebagai berikut : “ sesungguhnya Allah niscaya akan menyiksa seseorang di sebabkan menyindir nyindir hajjaj dengan lisannya, sebagai mana Allah akan menyiksa hajjaj di sebabkan orang yang telah di aniaya olehnya. Dalam hadis di jelaskan “ Taatilah pemimpin betapapun berat beban yang kau pikul,  selama pemimpin ini masih menjalakan sholat, itu lebih condong pada kebaikan di banding, kondisi peperangan fitnah yang terjadi karena perlawanan yang engkau lakukan.

    3. MELAKNAT
    Awas jangan sekali kali engkau melaknat sesuatu yang di ciptakan Allah, baik hewan, makanan atau manusia pribadi dia sendiri ( sekalipun ia kafir, seperi engkau katakan, “ semoga Allah melaknat si Fulan ‘) sedang si Fulan itu yahudi atau nasrani, hal itu sangat pekat dengan rahasia Allah, siapa tahu ia menjadi islam dan meninggal dunia dalam keadaan muslim ?

    Jangan engkau memastikan persaksianmu terhadap seorang ahli Qiblat islam, bahwa ia Munafik, Musyrik apalagi Kafir......karena yang mengetahui akhir dari rahasia hidup seseorang hanyalah Allah semata, jangan engkau berani berani mencampuri urusan Allah dengan hambanya, kecuali engkau keponakannya Allah.

    Yang sekarang ini engkau telah islam muslim adakah jaminan di akhir hayatmu nanti engkau masih islam muslim ? nah.....pikirkan itu, ketahuilah bahwa di hari kiamat nanti engkau tidak akan di tanyakan ,” Mengapa engkau tidak mengutuk Fulan, mengapa engkau diam saja ?, bahkan sekalipun engkau tidak melaknat mengutuk iblispun sepanjang hidupmu dan sekalipun tidak sibuk menyebut nyebut kejahatan iblis, engkau tidak akan di tuntut karenanya.

    Tapi yang jelas, bila engkau mengutuk seseorang, engkau akan diminta pertanggungjawaban kelak karenanya. Jangan sekali kali engkau mencaci sesuatu, sungguh Rosulullah tidak pernah mencaci makanan, apalagi mencaci manusia, kalau beliau suka, beliau makan, dan bila tidak suka beliau biarkan tanpa mencacinya. Maka manusia di zaman akhir mendekati kiamat ini sibuk mengutuk sana sini, lantas apa hujjahmu nanti di pengadilan akhirat ?

    4. BERTENGKAR BERDEBAT MENANG MENANGAN BICARA
    Didalam berdebat bertengkar menang menangan bicara terdapat hal yang menyakitkan bagi lawan bicara dan menganggap bodoh orang lain dan mencelanya serta mengandung maksud secara sembunyi senbunyi memuji diri sendiri karena kelebihan kecerdasannya serta ilmunya. Perbuatan itu mengotori kehidupan, karena bila engkau bertengkar dengan orang yang ceroboh, maka ia akan menyakitimu dan bila engkau bertengkar dengan orang yanghalim kalem jiwa, maka ia akan marah padamu dan akan mendongkolkan hatinya padamu.

    Telah bersabda Rosulullah : Barang siapa meninggalkan pertengkaran sedangkan ia salah, maka akan di bangunkan rumah untuknya di sorga dan jika ia meninggalkan pertengkaran padahal ia benar maka Allah membangunkan rumah di sorga yang tinggi.

    Justru karena itu, jangan engkau diperdaya oleh syetan dengan perkataannya, “ Ayo tunjukan kebenaranmu, jangan lemah dalam hal itu “ Karena syetan selamanya akan menyeret orang yang Tolol pada keburukan dengan jerat kebaikan. Jangan engkau mau menjadi bahan tertawaan syetan, maka engkau akan hina harga dirimu.

    Menunjukan kebenaran itu baik bagi orang yang dapat menerima kebenaran itu darimu, akan tetapi hal tersebut dengan jalan nasihat ditempat sepi atau dengan cara yang lemah lembut bukan dengan cara bertengkar apalagi menuding nuding menunjuk nunjuk kesalahannya. Nasehat itu da corak ada cara tersendiri yang membutuhkan pada kehalusan kelemahlembutan ketelatenan, sebab bila kau tujuk tunjuk kesalahan lalu kau hakimi kafir, maka niat awalmu untuk menasehati perlu di pertanyakan kejujurannya, sebab kerusakannya akan lebih banyak dari kebaikannya.

    Siapa saja yang berkecimpung dengan cendikia ulama masa kini akhir zaman ini, maka ia akan di landa oleh watak suka bertengkar dan berdebat dan sulit ia berdiam bila ia di pertemukan dengan ulama su’u buruk, karena pertengkaran dan perdebatan memang merupakan kelebihan dan ciri khas, mereka bangga dengan kemampuaan mengungkap lebih jauh suatu permasalahan, maka larilah engkau darinya seperti larimu di kejar singa
    Camkanlah bahwa sesungguhnya pertengkaran itu menyebabkan kemurkaan Allah.

    5. MENSUCI SUCIKAN DIRI SENDIRI
    Allah swt telah berfirman : Janganlah kamu sekaliaan mensuci sucikan dirimu sendiri, maka Allah lebih mengetahui pada orang yang bertakwa.

    Pernah di tanyakan pada sebagiaan hukama tentang apakah kebenaran yang buruk ? ia menjawab : memujinya seseorang pada dirinya sendiri. Maka jagalah dirimu dari membiasakan hal tersebut, dan hendaknya engkau ketahui bahwa perbuatan itu adalah mengurangi nilaimu di hadapan orang banyak dan mengakibatkan kemurkaan Allah bagimu. Kalau engkau ingin membuktikan pujiaanmu pada diri sendiri justru tidak menambah nilaimu di hadapan orang lain, maka perhatikan temanmu di kala ia memuji muji dirinya sendiri dengan suatu kelebihan dan kedudukan dan kekayaan, lalu bagaimana tanggapan hatimu terhadap itu semua dan apa reaksimu. Tentu engkau keberatan dan tentu engkau mencemoohkan bila temanmu pergi darimu. Maka sadarilah bahwa mereka orang lain juga demikiaan bila engkau berbuat yang sama, hati mereka mencelamu, dan mereka melahirkan reaksi itu dengan lisan mereka bila engkau berpisah dengannya.

    6. MENYALAHI JANJI
    Hati hatilah engkau dari berjanji tapi engkau tidak dapat memenuhinya, sebaiknya engkau berbuat baik pada orang lain dengan perbuatan, tanpa janji yang muluk muluk. Kalau sangat terpaksa engkau harus berjanji, maka jagalah jangan engkau menyalahi janji itu kecuali karena di luar kemampuaan atau karena terpaksa, karena suka menyalahi janji itu termasuk tanda tanda kemunafikan dan tanda buruknya budi pekerti.

    Nabi Muhammad saw bersabda : Ada 3 perkara, barang siapa terdapat padanya salah satu dari 3 perkara itu maka orang itu adalah munafik, sekalipun berpuasa dan sholat yaitu : bila berbicara dusta, bila berjanji tidak menepati, bila di percaya berkhianat.

    7. DUSTA
    Jagalah lisanmu dari berdusta, dalam bersungguh sungguh maupun bergurau. Jangan biasakan lisanmu berdusta dalam bergurau, maka lalu menarik kebiasaan itu dalam hal yang sungguh sungguh.

    Dusta termasuk dari induknya dosa dosa besar, bilamana engkau di kenal dengan sering berdusta, maka gugur keadilanmu serta hilang kepercayaan darimu, pembicaraanmu tidak bisa di buat pegangan, semua memandangmu remeh dan mengejek. Kalau engkau ingin mengetahui keburukan dari dusta dirimu, maka perhatikan kedustaan orang lain padamu, bagaimana engkau tidak menyukainya dan mengejekmu pada teman teman yang berdusta., maka demikiaan juga jika engkau berdusta. Demikiaan juga pada kelakuaan buruk yang lain. Memang engkau tidak merasakan keburukan serta tidak akan mengetahui aib dirimu, tetapi engkau akan mengetahui dari orang lain. Apa yang kau anggap tidak baik perbuatan jelek dari orang lain, maka demikiaan pula orang lain padamu. Justru engkau jangan rela dengan perbuatan tidak baik itu dilakukan dirimu.

    8. BERGHAIBAH
    Maka peliharalah mulutmu dari berghaibah, sedang ghaibah itu lebih besar  siksanya dari 30 perzinahan dalam islam, demikiaan di terangkan dalam hadis. Adapaun arti dari ghaibah adalah membicarakan orang lain, andaikan orang yang di bicarakan itu mendengar dia tidak senang, maka engkau termasuk orang yang berghaibah dan aniaya sekalipun engkau benar.

    Hindarilah berghaibah seperti caranya orang membaca Alquran yang riya/ingin di puji orang, yaitu berghaibah dengan tidak terang terangan, maksudnya berghaibah seseorang tapi dengan cara seolah olah mendoakan atau menyatakan kasihan, misalnya engkau mengatakan             “ Semoga Allah dapat memperbaiki dia, sebab aku merasa tidak enak dan ikut susah apa yang terjadi padanya, maka dari itu mari kita mohon pada Allah, mudah mudahan Allah memperbaiki kita dan dia.

    Cara demikiaan berarti sekaligus mengandung 2 kejelekan :
    a. Berghaibah bila dapat dimengerti maksud sebenarnya oleh orang yang di ajak bicara.
    b. Mensucikan diri dan memuji dirinya sendiri, dengan merasa dirinya tidak melakukan hal yang tidak baik itu dan merasa bersih.

    Kalau memang maksudmu dengan kata kata “ Semoga Allah memperbaiki dia “ itu benar benar doa, maka doakanlah dia di tempat sepi atau dengan cara yang samar, jangan di muka orang. Sebab dengan anda menampakan kesusahanya di muka orang lain karenanya, berarti anda membuka cacatnya dia.

    Cukuplah buat kita untuk menghindarkan diri dari berghaibah dengan firman Allah yang berbunyi : “ Janganlah saling berghaibah sebagiaan kamu sekaliaan pada sebagiaan lain, adakah senang salah seorang dari kamu sekaliaan memakan daging saudaranya, padahal menjadi bangkai, maka tidak suka kamu sekaliaan hal itu “

    Allah menyerupakan berghaibah dengan memakan daging bangkai saudaranya, maka alangkah pentingnya engkau perhatikan untuk menghindarinya dari berghaibah dan Allah mencegahmu dari bergghaibah terhadap orang islam.

    Bila persoalan ini engkau pikir betul betul engkau akan menyadari. Cobalah engkau lihat dirimu sendiri, apakah engkau punya cacat lahir atau batin, adakah engkau pernah bermuat maksyiat baik sembunyi atau terang terangan, maka bila engkau mengetahui hal itu, maka ketahuilah bahwa kelemahan orang lain dari membersihkan dari cacat itu seperti juga kelemahanmu, alasanya sama dengan alasanmu.

    Seperti halnya engkau tidak suka terbuka aibmu, dia juga tidak senang, justru itu bila engkau dapat menutupi, maka Allah akan menutupi padamu, namun bila suka membuka aib orang lain, maka Allah membetotmu dengan lidah lidah besi membara yang tajam yang akan merobek robek kehormatanmu di dunia, kemudiaan Allah akan membuka aibmu di akhirat di hadapan semua mahkluk di hari kiyamat.

    Kemudiaan jika engkau telah memperhatikan lahirmu dan batinmu, ternyata engkau tidak menemukan kecacatan serta kekurangan baik dalam urusan dunia maupun agama, maka ketahuilah bahwa ketidaktahuaanmu terhadap aib sendiri adalah paling jeleknya segala macam KETOLOLAN, padahal tak ada aib yang lebih besar dari TOLOL RUSAK AKAL.

    Jika Allah menghendaki kebaikanmu niscaya Allah akan memperlihatkan padamu aib aib dirimu, maka pandanganmu pada dirimu dengan pandangan puas adalah merupakan puncak dari KEKERDILAN pikiranmu dan kebodohan.

    Jika ternyata prasangkamu akan dirimu benar, maka bersyukurlah pada Allah, jangan kau rusak hal itu dengan jalan mencaci caci  orang lain dan gembar gembor menjelek jelekkan mereka, karena hal itu termasuk cela yang besar.

    Disarikan dari kitab Bidayatul Hidayah karangan Hujjatul Islam Zainuddin Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Al Ghazali

    \m/
    kipdefayer
    Gusti mboten pekok
    bumiternak-betha.blogspot.com

    Tindakanmu ngeTag web, blog, berita dari dunia maya , ngeshare ke mana mana, berisi kabar berita menghasud, menjelekan , mencaci maki, menghukumi kafir musyrik sudah termasuk dalam kategori berghaibah, apalagi kalau sampai menghakimi seseorang keluar dari islam, apalagi jika tidak dilakukan proses cek dan ricek kebenaran berita tersebut maka engkau termasuk dalam kelompok Sang Penebar Fitnah.