01 March 2012
Otak-atik Ransum Ayam Kressing Super dan Ayam Arab
Otak-atik Ransum Ayam Kressing Super dan Ayam Arab
Beberapa trik formulasi ransum
sederhana berbasis konsentrat komersil untuk mendapatkan performa terbaik ayam
lokal petelur unggul seperti ayam arab dan ayam kressing super
Seratus
ekor ayam kressing jenis super itu hanya dipelihara di teras belakang rumah,
luasnya hanya 2,5 x 5 m2. Menurut Trijoko, sang pemilik, ayam
berumur 1,5 tahun itu produksi telurnya masih bertahan 60%. Selain
memelihara ayam kressing, ia juga memiliki 100 ekor ayam arab yang belum
berproduksi. “Daerah kami merupakan sentra ayam kressing, tapi hanya skala
usaha sampingan,” kata warga kecamatan Pedan – Klaten ini.
Trijoko memberi pakan ayamnya 2 kali
sehari, dengan campuran jagung giling, bekatul,dan konsentrat. Ia mengaku tak
mengubah komposisi pakan sejak bertahun-tahun lalu. “Pokoknya jagung 20,
bekatul 40,dan konsentrat 20. Kalau pakai tepung ikan 5 kg, maka konsentrat
saya kurangi 5,” terangnya. Konsentrat yang dimaksud adalah konsentrat layer
(ayam petelur) komersil berkadar Protein Kasar(PK)32% .
Menurut produsen ayam kressing
super, Betha Sutrisno AMd, peternak ayam lokal petelur unggul semacam ayam
kressing dan ayam arab sebenarnya memiliki ruang lebih untuk ‘berkreasi’
mencari formulasi pakan terbaik secara performans dan secara ekonomi. Sebab
ayam-ayam ini relatif tidak terlalu sensitif terhadap perubahan formulasi dan
komposisi pakan dibanding ayam ras petelur.
“Ayam kressing dan arab sama
kebutuhan nutrisinya,” tegas pemilik Zaytuna Poultry Shop ini. Antara kedua
jenis petelur lokal itu hanya berbeda produktivitas, ayam kressing super mampu
bertelur di atas 85% pada puncak produksi, sedangkan ayam arab hanya 65% saja.
Betha mengaku tahu persis karakter produksi ayam arab karena ia juga beternak
ayam arab sebelum menemukan ayam kressing super.
Betha menyatakan rata-rata peternak
ayam lokal petelur kurang pengetahuannya tentang nutrisi dan formulasi pakan
disesuaikan dengan produksi telurnya. “Mereka masih mengikuti cara lama dengan
membuat formula ‘paten’ menggunakan jagung – bekatul – konsentrat. Tidak
berkembang dengan mengeksplorasi rasio campuran dan mencoba menggunakan bahan
pakan lainnya,” tuturnya. Betha biasa menggunakan Konsentrat Ayam Petelur (KAP)
yang mengandung PK32% (harga Rp 4.700/kg) dan Konsentrat Itik Petelur (KIP)
dengan PK 37% (harga Rp 5.250/kg).
Modifikasi Ransum
Betha menyatakan yang dimaksud dengan ransum konvensional adalah ransum yang menggunakan jagung dan bekatul untuk campuran KAP. Dengan perbaikan genetik ayam kressing super yang ia lakukan, rasio ketiga bahan pakan itu harus diubah.
Betha menyatakan yang dimaksud dengan ransum konvensional adalah ransum yang menggunakan jagung dan bekatul untuk campuran KAP. Dengan perbaikan genetik ayam kressing super yang ia lakukan, rasio ketiga bahan pakan itu harus diubah.
Mayoritas peternak ayam lokal
petelur masih mencampur jagung – bekatul – KAP dalam porsi 5:3:2 atau 4:3:3.
Dengan rasio itu hanya didapat kadar PK ransum 15–16% saja. Jadi formulasi itu
hanya cocok untuk ayam yang produksi telurnya 60-an persen. Pada ayam lokal
petelur unggul yang produksinya 70 – 80% harus mendapatkan ransum dengan PK
17%, dan untuk produksi telur di atas 80% harus mendapat ransum berprotein 18 –
19%. Agar mendapat PK ransum 17,3%, Betha menyarankan untuk menggunakan
jagung, bekatul, dan KAP dengan rasio 1:1:1.
Sementara ayam yang sedang
berproduksi di atas 80% ia sarankan untuk diberi ransum 65 bagian katul dengan
20 jagung,dan 20 KAP, ditambah 10 tepung ikan, sehingga diperoleh ransum dengan
PK 18,5%. “Tepung ikan grade A lokal berkadar protein 55–60%, penting
untuk mempertahankan puncak produksi dan agar produksi bertahan tinggi hingga
afkir 2 tahun,”ungkapnya. Ayam berproduksi tinggi yang diberi tambahan ransum
tepung ikan, produksi telurnya masih 40–50% pada saat afkir (umur 2 tahun).
Jagung yang digunakan pada ransum
diatas, bisa menggunakan jagung pecah kualitas AB (Rp 3.500/kg) maupun jagung
giling (Rp 2.900/kg). “Kalau saya lebih suka jagung giling karena lebih murah.
Selain itu tekstur lebih halus sehingga bisa homogen saat dicampur, dan
kecernaannya lebih baik karena tidak mengandung gabul (kulit ari biji)
dan katul jagung lagi,”papar Betha. Sedangkan bekatul yang digunakan cukup
bekatul biasa (bukan dedak) seharga Rp 2.600/kg, tidak mesti bekatul halus
(gilingan kedua) yang harganya Rp 3.200/kg. Tepung ikan grade A lokal
harganya Rp 9.000/kg.
Selengkapnya baca di majalah Trobos
edisi Maret 2012