MANAJEMEN DUNIA AKHIRAT
Pernah suatu pagi sepeda pancal saya hilang dari rumah kontrakan di Jogja.
Tentu di ambil oleh salah seorang anak anak muda di sekitar sini. Banyak dari
mereka pengangguran dan lagi rumah kontrakan ini dekat dengan pasar.
Sebagai manusia normal saya marah, tapi terus terang ini tidak konsisten dan tidak rasional. Rumah ini memang tak pernah dikunci. Setiap orang gampang sekali membuka pintu dari sebelah manapun dan mengambil apapun. Jadi kalau sepeda hilang itu realistis dan logis.
Tapi saya tak perduli, saya kedepan rumah, berdiri bertolak pinggang menghadap kea rah pasar dan berteriak : “ Kalau sepeda saya tidak di kembalikan sampai sore, saya tidak bertanggungjawab kalau ada orang yang satu kakinya pengkor, satu tangannya buntung atau perot cangkeme !!!”
Orang orang di sekitar terkesiap sejenak, tapi segera saya kembali masuk rumah, tidur lagi. Tak di sangka tak di nyana, ketika siang belum sempurna, pintu depan di ketuk berulang kali. Saya keluar, seorang anak muda berpakaian butut, berdiri dengan wajah ketakutan dengan sepeda di sampingnya. Ketika saya menatapnya, wajahnya menunduk, “ Kenapa kamu ?” Saya bertanya.
“ Maaf Cak….” Ia menjawab tersendat, “ Saya yang mencuri sepeda Sampean. Saya minta maaf. Sekarang saya kembalikan….”
“ Lho kenapa kamu kembalikan? “ Saya bertanya lagi.
“ Saya dengar dari orang orang Sampean marah…”
“ Iya tapi kan kamu butuh sepeda ? “ Saya kejar terus.
“ Iya sih….”
“ Untuk apa sepeda ?”
“ Tempat kerja saya jauh sekali. Kalau saya jalan kaki, kejauhan. Kalau saya pakai angkutan , gaji saya jadi terlalu sedikit………..”
“ Jadi kamu butuh sepeda ? “
“ Iya Cak….”
“ Ya sudah kamu bawa sepeda ini “ kata Saya, “ Sekarang sepeda ini sudah halal kalau kamu bawa. Saya sudah iklas, kamu sudah tidak berdosa. Dan insyaAllah kalau yang kamu pakai adalah barang halal, rejekimu akan berkah. Kamu tadi, karena kamu mencuri maka kamu berdosa dan saya kamu tindas. Kamu dikutuk Allah, saya tidak mendapat apa apa kecuali kemarahan. Sekarang semua sudah halal dan baik. Silahkan di pakai, semoga Allah menambah rezekimu dan meringankan hidupmu “
Dia bengong. Saya masuk rumah kembali dan tidur……..
Dengan dua lalu lintas pindahnya suatu barang dari dan k e Subyek yang sama, nilainya menjadi berbeda. Kalau saya memakai kalkulasi ekonomi dunia, maka saya rugi karena kehilangan sepeda. Maka kalau saya pakai teologi manajemen dunia akhirat, sehingga beralihnya sepeda saya ke tangan anak muda itu membuat saya tidak kehilangan. Malah saya laba banyak, bukan hanya pahala di akhirat tapi Allah menjanjikan rezeki berlipat ganda, entah berupa apapun, terserah Dia saja, pokoknya la in syakartum la azidannakum……………
Dalam bisnis online, dimana penjual dan pembeli tidak saling tatap muka, konsep jual belinya adalah rasa percaya. Sewaktu penjual telah mengirimkan barang pesanan maka ikatan jual beli antara pembeli dan penjual telah selesai, tinggal tanggungjawab pembeli dengan Allah. Transaksi antara penjual dan pembeli telah paripurna dengan di kirimnya barang pesanan, sedang transaksi ke- akhiratan tinggal antara pembeli dengan Allah, mau di bikin rugi atau untung berada di tangan pembeli, mau di bikin bersifat ekonomi dunia atau ekonomi akhirat tergantung keputusan pembeli…soal rezeki sudah ada yang ngatur Gusti Kang Moho Murah….
Kalau saya menjumpai sebatang kayu melintang di tengah jalan, saya sisihkan ke tepi agar tak menggangu jalan atau untuk menyangga sesuatu atau apapun saja , asal bermanfaat. Konsep teologi manajemen dunia akhirat saya adalah segala sesuatu di depan saya merupakan amanat Allah untuk saya Islamkan. Di Islamkan artinya di ubah dari kemubaziran atau kemudharatan menjadi kegunaan atau kemashalahatan.
Ingatan kesadaran dan konsep formula manajemen dunia akhirat harus terus menerus di cari, di pahami, di terapkan dan itu berlaku untuk pekerjaan besar maupun kecil. Untuk soal rumput di halaman depan atau pekerjaan sejarah besar yang menyangkut kebudayaan berbangsamu.
Saya menyuapi mulut saya bukan karena saya ingin makan, melainkan karena saya wajib memelihara kesehatan badan yang di amanatkan Pencipta saya. Saya mencangkul tanah atau menanam sesuatu bukan karena saya senang keindahan, melainkan juga karena bersyukur dan takjub keajaiban bumi dan isinya ciptaan Allah.
Saya berangkat tidur pada jam tertentu bukan karena ingin menikmatinya tapi karena saya wajib bergabung dengan irama sunnatullah menyangkut badan dan jiwa saya. Ssaya lakukan itu semua karena
1. Saya ini aslinya tidak ada, Ia satu satunya yang berhak atas diri saya dank arena itu segala sesuatu yang saya lakukan bergantung pada kemauaaNya.
Saya di beri wewenang olehNya untuk berkemauaan, tapi saya tidak pernah percaya bahwa kemauaan saya atas diri saya dan dunia ini akan pernah lebih baik di banding kemauaan Tuhan atas diri saya dan dunia ini. Oleh karena itu saya tidak berani melepaskan apapun sampai yang sekecil kecilnya dan seremeh remeh dari pencariaan pengetahuaan tentang apa yang kira kira di maui oleh Sang Konsultan Agung Allah SWT itu.
Kalau saya punya iradah, harus saya sesuaikan dengan amr-Nya , terkadang cocok, terkadang tidak, terkadang benar terkadang salah. Tapi apapun yang terjadi, iradah itu harus saya lakukan dengan menggunakan qoul-Nya supaya produknya adalah kun fayakun.
2. Orang yang meminta saya melakukan apapun , tidak bisa saya yakini bahwa kemauaan mereka itu benar benar terlepas dari kemauaan Allah. Saya harus berspekulasi dan bersangka baik bahwa mereka adalah penyalur amanat Tuhan kepada saya. Segala sesuatu harus bermula dari kesadaran , konsep dan manajemen yang jelas. Sebab tidak hanya ketika saya pakai peci maka saya terikat teologi Islam. Tatkala saya pakai kaos oblog dan menjadi gelandangan di tepi jalan pun saya terikat oleh Allah.
Sebagai manusia normal saya marah, tapi terus terang ini tidak konsisten dan tidak rasional. Rumah ini memang tak pernah dikunci. Setiap orang gampang sekali membuka pintu dari sebelah manapun dan mengambil apapun. Jadi kalau sepeda hilang itu realistis dan logis.
Tapi saya tak perduli, saya kedepan rumah, berdiri bertolak pinggang menghadap kea rah pasar dan berteriak : “ Kalau sepeda saya tidak di kembalikan sampai sore, saya tidak bertanggungjawab kalau ada orang yang satu kakinya pengkor, satu tangannya buntung atau perot cangkeme !!!”
Orang orang di sekitar terkesiap sejenak, tapi segera saya kembali masuk rumah, tidur lagi. Tak di sangka tak di nyana, ketika siang belum sempurna, pintu depan di ketuk berulang kali. Saya keluar, seorang anak muda berpakaian butut, berdiri dengan wajah ketakutan dengan sepeda di sampingnya. Ketika saya menatapnya, wajahnya menunduk, “ Kenapa kamu ?” Saya bertanya.
“ Maaf Cak….” Ia menjawab tersendat, “ Saya yang mencuri sepeda Sampean. Saya minta maaf. Sekarang saya kembalikan….”
“ Lho kenapa kamu kembalikan? “ Saya bertanya lagi.
“ Saya dengar dari orang orang Sampean marah…”
“ Iya tapi kan kamu butuh sepeda ? “ Saya kejar terus.
“ Iya sih….”
“ Untuk apa sepeda ?”
“ Tempat kerja saya jauh sekali. Kalau saya jalan kaki, kejauhan. Kalau saya pakai angkutan , gaji saya jadi terlalu sedikit………..”
“ Jadi kamu butuh sepeda ? “
“ Iya Cak….”
“ Ya sudah kamu bawa sepeda ini “ kata Saya, “ Sekarang sepeda ini sudah halal kalau kamu bawa. Saya sudah iklas, kamu sudah tidak berdosa. Dan insyaAllah kalau yang kamu pakai adalah barang halal, rejekimu akan berkah. Kamu tadi, karena kamu mencuri maka kamu berdosa dan saya kamu tindas. Kamu dikutuk Allah, saya tidak mendapat apa apa kecuali kemarahan. Sekarang semua sudah halal dan baik. Silahkan di pakai, semoga Allah menambah rezekimu dan meringankan hidupmu “
Dia bengong. Saya masuk rumah kembali dan tidur……..
Dengan dua lalu lintas pindahnya suatu barang dari dan k e Subyek yang sama, nilainya menjadi berbeda. Kalau saya memakai kalkulasi ekonomi dunia, maka saya rugi karena kehilangan sepeda. Maka kalau saya pakai teologi manajemen dunia akhirat, sehingga beralihnya sepeda saya ke tangan anak muda itu membuat saya tidak kehilangan. Malah saya laba banyak, bukan hanya pahala di akhirat tapi Allah menjanjikan rezeki berlipat ganda, entah berupa apapun, terserah Dia saja, pokoknya la in syakartum la azidannakum……………
Dalam bisnis online, dimana penjual dan pembeli tidak saling tatap muka, konsep jual belinya adalah rasa percaya. Sewaktu penjual telah mengirimkan barang pesanan maka ikatan jual beli antara pembeli dan penjual telah selesai, tinggal tanggungjawab pembeli dengan Allah. Transaksi antara penjual dan pembeli telah paripurna dengan di kirimnya barang pesanan, sedang transaksi ke- akhiratan tinggal antara pembeli dengan Allah, mau di bikin rugi atau untung berada di tangan pembeli, mau di bikin bersifat ekonomi dunia atau ekonomi akhirat tergantung keputusan pembeli…soal rezeki sudah ada yang ngatur Gusti Kang Moho Murah….
Kalau saya menjumpai sebatang kayu melintang di tengah jalan, saya sisihkan ke tepi agar tak menggangu jalan atau untuk menyangga sesuatu atau apapun saja , asal bermanfaat. Konsep teologi manajemen dunia akhirat saya adalah segala sesuatu di depan saya merupakan amanat Allah untuk saya Islamkan. Di Islamkan artinya di ubah dari kemubaziran atau kemudharatan menjadi kegunaan atau kemashalahatan.
Ingatan kesadaran dan konsep formula manajemen dunia akhirat harus terus menerus di cari, di pahami, di terapkan dan itu berlaku untuk pekerjaan besar maupun kecil. Untuk soal rumput di halaman depan atau pekerjaan sejarah besar yang menyangkut kebudayaan berbangsamu.
Saya menyuapi mulut saya bukan karena saya ingin makan, melainkan karena saya wajib memelihara kesehatan badan yang di amanatkan Pencipta saya. Saya mencangkul tanah atau menanam sesuatu bukan karena saya senang keindahan, melainkan juga karena bersyukur dan takjub keajaiban bumi dan isinya ciptaan Allah.
Saya berangkat tidur pada jam tertentu bukan karena ingin menikmatinya tapi karena saya wajib bergabung dengan irama sunnatullah menyangkut badan dan jiwa saya. Ssaya lakukan itu semua karena
1. Saya ini aslinya tidak ada, Ia satu satunya yang berhak atas diri saya dank arena itu segala sesuatu yang saya lakukan bergantung pada kemauaaNya.
Saya di beri wewenang olehNya untuk berkemauaan, tapi saya tidak pernah percaya bahwa kemauaan saya atas diri saya dan dunia ini akan pernah lebih baik di banding kemauaan Tuhan atas diri saya dan dunia ini. Oleh karena itu saya tidak berani melepaskan apapun sampai yang sekecil kecilnya dan seremeh remeh dari pencariaan pengetahuaan tentang apa yang kira kira di maui oleh Sang Konsultan Agung Allah SWT itu.
Kalau saya punya iradah, harus saya sesuaikan dengan amr-Nya , terkadang cocok, terkadang tidak, terkadang benar terkadang salah. Tapi apapun yang terjadi, iradah itu harus saya lakukan dengan menggunakan qoul-Nya supaya produknya adalah kun fayakun.
2. Orang yang meminta saya melakukan apapun , tidak bisa saya yakini bahwa kemauaan mereka itu benar benar terlepas dari kemauaan Allah. Saya harus berspekulasi dan bersangka baik bahwa mereka adalah penyalur amanat Tuhan kepada saya. Segala sesuatu harus bermula dari kesadaran , konsep dan manajemen yang jelas. Sebab tidak hanya ketika saya pakai peci maka saya terikat teologi Islam. Tatkala saya pakai kaos oblog dan menjadi gelandangan di tepi jalan pun saya terikat oleh Allah.