MENYUAP TUHAN
Tuhan kok di suap.....apa bisa ? hohoho......
Ndak usah keburu nafsu ngasah parang untuk nebas leher orang yang tidak sepaham.
ndak usah mengerahkan massa buat nimpuki orang yang berpendiriaan berbeda
Ndak usah janjiaan duel di GBK hanya karena beda sudut pandang...la wong Imam 4 mazdab yang jelas jelas berbeda keilmuaan fikihnya saja tidak saling membenci dan merendahkan martabat harga diri...apa kita manusia akhir zaman yang kualitas spiritual pada tataran paling rendah merasa paling benar sendiri ?
Membantu orang lemah adalah kewajiban setiap umat manusia, apapun agamanya, apapun warna kulitnya, di manapun tinggalnya. Membantu itu ya membantu...ndak usah tanya dulu apa agamanya, sebab ketukan pahala adalah pada pukulan pertama saat peristiwannya terjadi.
Kalau menjumpai orang kecelakaan di jalan, napas sudah tersengal sengal di ujung tenggorokan, kalau tidak segera di berikan pertolongan maka nyawanya segera melayang, apa pantas kalau mau menolong harus di tanya dulu apa agamanya ? apa tidak keburu mati itu orang ? Lantas Rahmatan lil alamin di mana letaknya ?
Sedang pengemis buta yahudi yang kerjaannya hanya memperingatkan orang yang lewat jangan dekat dekat dengan Muhammad yang sesat, setiap pagi dan sore di suapi makanan langsung oleh Kanjeng Nabi, yang jelas jelas Muhammad tahu pengemis ini yahudi saja , Kanjeng Nabi masih berkenan menyuapinya dan karena kelembutan budi pekerti Muhammad pada akhirnya si pengemis yahudi tadi jadi mualaf, la kok sekarang kita main kafir mengkafirkan, sesat menyesatkan...sejak kapan jadi keponakannya Gusti sehingga merasa punya kewenangan untuk menghakimi ? kalau itu merupakan sebuah rahasia Gusti ?
Sedekah itu artinya membantu pada sesama manusia, prinsipnya sedekah ya sedekah saja, ndak usah di perlihatkan pada semua orang , ndak usah di hitung hitung pahalanya meski dalam agama di jelaskan 1 biji sedekah akan menjadi 700 pahala, itu merupakan magnet perangsang bagi manusia.
Jika magnet pahala sedekah yang di hitung hitung yang di besar besarkan...sedekah sekiaan akan mendapatkan pahala sekiaan....ini namanya jual beli...ini namanya perdagangan....
Niat sedekah yang iklas bisa terbelokan maknanya karena di hitung hitung pahalanya...katanya kalau bersedekah tangan kanan....tangan kiri jangan sampai tahu....ini kan tindakan antisipasi jangan kita menghitung hitung pahala sedekah sedekah kita
Dalam bisnis pun seperti itu, kaum fakir miskin, yatim piatu di jadikan pendongkrak bisnis kita, di jadikan tumbal untuk menyuap Tuhan agar bisnis kita lancar...dengan jalan promosi sekiaan % keuntungan kita berikan pada kaum yatim piatu
Pertanyaannya berapa % dari keuntungan yang kita berikan ?
adakah 50% nya ? adakah 70% nya atau hanya 2,5% saja yang di berikan, kalau itu sudah merupakan kewajiban perintah dalam agama 2,5%......
Ini seakan akan kita kontemplasi Tuhan...ini lo Tuhan...keuntungan bisnis kita bagikan pada anak anak yatim, jadi besarkan bisnis saya ya Tuhan, sukseskan bisnis saya ya Tuhan...
Lantas sedekah bisnis ini niatnya untuk benar benar membantu anak yatim atau untuk menyuap Tuhan agar mensukseskan bisnis kita ? apalagi kalau promosi ke orang orang untuk menarik dalam lingkaran bisnis kita dengan terlalu seringnya kita katakan...
“ Ayo masuk saja ...nanti keuntungan bisnis ini kita bagikan untuk menghidupi kegiaatan anak yatim...”
Kalau niat benar benar untuk menolong anak yatim kenapa kita gembor gemborkan
apa tidak takut riya ?
Apa tidak bisa kita bisnis seperti biasanya lantas keuntungan bisnis kita secara diam diam kita berikan pada yayasan anak yatim atau orang yang membutuhkan? kan tidak perlu orang lain tahu.....ini lo....keuntungan bisnisku , aku sedekahkan pada anak yatim...ketoke kok norak...jauh dari etika budi pekerti bersedekah......
Sik tak subuhan sik.....
\m/
kipdefayer
bumiternak-betha.blogspot.com
Tuhan kok di suap.....apa bisa ? hohoho......
Ndak usah keburu nafsu ngasah parang untuk nebas leher orang yang tidak sepaham.
ndak usah mengerahkan massa buat nimpuki orang yang berpendiriaan berbeda
Ndak usah janjiaan duel di GBK hanya karena beda sudut pandang...la wong Imam 4 mazdab yang jelas jelas berbeda keilmuaan fikihnya saja tidak saling membenci dan merendahkan martabat harga diri...apa kita manusia akhir zaman yang kualitas spiritual pada tataran paling rendah merasa paling benar sendiri ?
Membantu orang lemah adalah kewajiban setiap umat manusia, apapun agamanya, apapun warna kulitnya, di manapun tinggalnya. Membantu itu ya membantu...ndak usah tanya dulu apa agamanya, sebab ketukan pahala adalah pada pukulan pertama saat peristiwannya terjadi.
Kalau menjumpai orang kecelakaan di jalan, napas sudah tersengal sengal di ujung tenggorokan, kalau tidak segera di berikan pertolongan maka nyawanya segera melayang, apa pantas kalau mau menolong harus di tanya dulu apa agamanya ? apa tidak keburu mati itu orang ? Lantas Rahmatan lil alamin di mana letaknya ?
Sedang pengemis buta yahudi yang kerjaannya hanya memperingatkan orang yang lewat jangan dekat dekat dengan Muhammad yang sesat, setiap pagi dan sore di suapi makanan langsung oleh Kanjeng Nabi, yang jelas jelas Muhammad tahu pengemis ini yahudi saja , Kanjeng Nabi masih berkenan menyuapinya dan karena kelembutan budi pekerti Muhammad pada akhirnya si pengemis yahudi tadi jadi mualaf, la kok sekarang kita main kafir mengkafirkan, sesat menyesatkan...sejak kapan jadi keponakannya Gusti sehingga merasa punya kewenangan untuk menghakimi ? kalau itu merupakan sebuah rahasia Gusti ?
Sedekah itu artinya membantu pada sesama manusia, prinsipnya sedekah ya sedekah saja, ndak usah di perlihatkan pada semua orang , ndak usah di hitung hitung pahalanya meski dalam agama di jelaskan 1 biji sedekah akan menjadi 700 pahala, itu merupakan magnet perangsang bagi manusia.
Jika magnet pahala sedekah yang di hitung hitung yang di besar besarkan...sedekah sekiaan akan mendapatkan pahala sekiaan....ini namanya jual beli...ini namanya perdagangan....
Niat sedekah yang iklas bisa terbelokan maknanya karena di hitung hitung pahalanya...katanya kalau bersedekah tangan kanan....tangan kiri jangan sampai tahu....ini kan tindakan antisipasi jangan kita menghitung hitung pahala sedekah sedekah kita
Dalam bisnis pun seperti itu, kaum fakir miskin, yatim piatu di jadikan pendongkrak bisnis kita, di jadikan tumbal untuk menyuap Tuhan agar bisnis kita lancar...dengan jalan promosi sekiaan % keuntungan kita berikan pada kaum yatim piatu
Pertanyaannya berapa % dari keuntungan yang kita berikan ?
adakah 50% nya ? adakah 70% nya atau hanya 2,5% saja yang di berikan, kalau itu sudah merupakan kewajiban perintah dalam agama 2,5%......
Ini seakan akan kita kontemplasi Tuhan...ini lo Tuhan...keuntungan bisnis kita bagikan pada anak anak yatim, jadi besarkan bisnis saya ya Tuhan, sukseskan bisnis saya ya Tuhan...
Lantas sedekah bisnis ini niatnya untuk benar benar membantu anak yatim atau untuk menyuap Tuhan agar mensukseskan bisnis kita ? apalagi kalau promosi ke orang orang untuk menarik dalam lingkaran bisnis kita dengan terlalu seringnya kita katakan...
“ Ayo masuk saja ...nanti keuntungan bisnis ini kita bagikan untuk menghidupi kegiaatan anak yatim...”
Kalau niat benar benar untuk menolong anak yatim kenapa kita gembor gemborkan
apa tidak takut riya ?
Apa tidak bisa kita bisnis seperti biasanya lantas keuntungan bisnis kita secara diam diam kita berikan pada yayasan anak yatim atau orang yang membutuhkan? kan tidak perlu orang lain tahu.....ini lo....keuntungan bisnisku , aku sedekahkan pada anak yatim...ketoke kok norak...jauh dari etika budi pekerti bersedekah......
Sik tak subuhan sik.....
\m/
kipdefayer
bumiternak-betha.blogspot.com